Buku Fav

  • Lima Sekawan
  • Harry Potter
  • La Tahzan

Rabu, 16 April 2014

KELENGKAPAN BAHAN PUSTAKA


KELENGKAPAN
BAHAN PUSTAKA

  Disampaikan dalam
Bimbingan Teknis Pengelolaan Perpustakaan Desa
Kabupaten Kulon Progo


Oleh :
Inuk Noviana Setyawati


                  I. Pendahuluan

Perpustakaan menurut UU Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Perpustakaan dituntut untuk selalu berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan bacaan-bacaan yang dapat menunjang tujuan tersebut.
Pemerintah desa diharuskan memiliki perpustakaan di masing-masing wilayah yang disebut dengan perpustakaan desa.
Tugas pokok perpustakaan desa/kelurahan adalah: melayani semua lapisan masyarakat tanpa membedakan usia, gender, pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan, ras, etnik, status sosial dan aliran politik dengan menyediakan bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani seperti yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia 7596 : 2010 Perpustakaan desa/kelurahan.
Tujuan perpustakaan desa adalah meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat melalui penyediaan bahan perpustakaan dan akses informasi untuk peningkatan keterampilan, pendidikan, ilmu pengetahuan, apresiasi budaya, dan rekreasi untuk kepentingan pembelajaran sepanjang hayat.
Berdasarkan tugas dan tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan desa harus menyediakan koleksi-koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dalam hal penyediaan bahan bacaan dan pelayanan pada masyarakat inilah agar mudah ditemukan dan terlihat rapi perlu dilakukan pengolahan bahan bacaan sebelum dilayankan kepada masyarakat.
Bahan pustaka terutama yang berbentuk buku, secara administratif agar tertata dengan rapi dan mudah dalam pelaksanaan pelayanan, maka perlu beberapa perlengkapan. Perlengkapan yang diperlukan akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.

    II.            Pelabelan
Pelabelan adalah pemasangan label pada punggung buku. Label yang ditempel pada punggung buku berisi nomor panggil. Nomor panggil adalah keterangan yang bertuliskan:
a)      Nomor klasifikasi
b)      Tiga huruf pertama pengarang atau nama keluarga
c)      Satu huruf pertama judul
Huruf pada nomor panggil harus jelas terbaca. Nomor panggil sebaiknya ditulis dalam kertas label. Kertas label ada yang sudah jadi di pasaran. Kertas label yang digunakan di sebuah perpustakaan desa harus dengan ukuran yang sama. Hal ini dilakukan agar pada saat buku ada di rak posisi label sama dan terlihat lebih rapi. Apabila label tidak seukuran, pada saat dipasang/ditempel di punggung buku akan kelihatan naik turun sehingga terkesan tidak rapi.
Kertas label yang ada di pasaran biasanya berwarna putih dengan ukuran bermacam-macam, diantaranya:
Nomor 99        dengan ukuran            5 x 34 mm
Nomor 100      dengan ukuran            38 x 100 mm
Nomor 101      dengan ukuran            50 x 100 mm
Nomor 102      dengan ukuran                        78 x 18 mm
Nomor 103      dengan ukuran                        32 x 64 mm
Nomor 104      dengan ukuran                        25 x 76 mm
Nomor 105      dengan ukuran                        25 x 38 mm
Nomor 106      dengan ukuran                        25 x 25 mm
Nomor 107      dengan ukuran                        19 x 50 mm
Nomor 108      dengan ukuran                        19 x 38 mm
Nomor 109      dengan ukuran                        13 x 38 mm
Nomor 110      dengan ukuran                        16 x 22 mm
Nomor 121      dengan ukuran                        38 x 76 mm
Nomor 124      dengan ukuran                        40 x 57 mm
Nomor 125      dengan ukuran                        17 x 58 mm
Nomor 127      dengan ukuran                        25 x 100 mm
Berdasarkan daftar yang ada di atas, pengelola perpustakaan desa bisa memilih salah satu kertas label yang paling sesuai dengan kebutuhan perpustakaan desa masing-masing. Kelebihan penggunaan kertas label adalah pengelola perpustakaan tidak perlu memotong kertas karena sudah jadi.
Pengelola perpustakaan desa tinggal menuliskan nomor panggilnya saja kemudian melepas dari kertas tempelnya dan menempelkan pada punggung buku. Pengelola perpustakaan dapat menghemat waktu dalam hal pemotongan kertas.
Jika pengelola perpustakaan desa sudah memiliki fasilitas komputer, penulisan nomor panggil pada kertas label maupun kertas hvs bisa diketikkan pada program komputer kemudian di print pada kertas label atau kertas hvs.
Penulisan nomor panggil akan lebih baik jika diatasnya diberi nama perpustakaan desa masing-masing. Pemberian nama perpustakaan desa ini bisa memberikan identitas yang dapat terlihat secara langsung pada buku. Hal ini mempermudah identifikasi buku apabila terjadi kehilangan dan pada saat penataan di rak. Apabila dalam label buku tertulis nama perpustakaan maka secara langsung orang akan mengetahui buku tersebut milik dari perpustakaan mana.
Apabila perpustakaan desa merasa berat dengan pengadaan kertas label yang sudah jadi, pengelola perpustakaan desa bisa membuat label dengan menggunakan kertas hvs biasa seperti yang biasa digunakan untuk membuat dokumen-dokumen.
Apabila dilakukan secara manual kertas hvs tersebut dipotong-potong seperti label satu ukuran (seragam) dengan ukuran disesuaikan kebutuhan yang diperlukan perpustakaan kemudian di tuliskan nomor panggilnya.  Apabila sudah menggunakan komputer maka di ketikkan pembuatan label kemudian di cetak. Setelah dicetak pada kertas hvs baru dipotong-potong sesuai ukuran yang dikehendaki.
Keuntungan menggunakan kertas hvs biasa adalah pengelola perpustakaan bisa menggunakan warna-warna yang berbeda untuk masing-masing jenis koleksi. Misalnya koleksi referensi diberi warna merah, koleksi anak diberi warna biru, koleksi sirkulasi diberi warna kuning, koleksi audio visual diberi warna putih dan lain sebagainya. Selain itu dalam satu kertas hvs pengelola perpustakaan  dapat menghasilkan label kira-kira 20 sampai 30 label berdasarkan besar kecil ukuran label yang dibuat.
Pemasangan label pada punggung buku dilakukan dengan ukuran tinggi yang sama diukur dari batas bawah buku. Ukuran ini ditentukan oleh pengelola perpustakaan desa masing-masing misalnya 2 cm; 2,5 cm; atau 3 cm. Dalam penempelan label ini harus selalu konsisten.
Pada saat pemasangan label, angka pertama pada nomor klasifikasi harus dilekatkan pas  menempel pada punggung buku. Nomor klasifikasi ini dijadikan pedoman pada saat pengelola perpustakaan akan menjajarkan buku di rak. Nomor klasifikasi buku tersebut akan langsung kelihatan dan mempermudah pengelola buku untuk mengecek buku tersebut lokasi raknya sudah betul atau belum, dikarenakan penjajaran buku di rak berdasarkan nomor klasifikasi.

Contoh Label Buku
Label buku menggunakan kertas label
·         Penulisan label dengan jumlah buku 1 eksemplar
Pada baris ketiga setelah ditulis huruf pertama judul dikosongkan, tidak dilanjutkan dengan menuliskan copi ke berapa



  


 
Penulisan label buku berjumlah 1 eksemplar tidak diikuti dengan jumlah copinya.
·         Penulisan label dengan jumlah buku 2 eksemplar atau lebih
Pada baris ketiga setelah ditulis huruf pertama judul, dilanjutkan dengan menuliskan copi ke berapa buku yang diberi label. Penulisan copi diberi tanda titik kemudian angka copinya.






















 Label buku menggunakan kertas hvs biasa


PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO SENTOLO, KULON PROGO

PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO
510
DUY
e
813
FEB
d c.1

PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO SENTOLO, KULON PROGO

PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO
SENTOLO, KULON PROGO
813
FEB
d c.2
813
FEB
d c.3

Contoh label koleksi referensi
 Sebelum nomor klasifikasi diberi kode R yang menunjukkan buku tersebut merupakan koleksi referensi



 
Contoh penempelan label pada buku



 III.            Date Due Slip ( lembar tanggal kembali)
Lembar tanggal kembali merupakan lembar yang ditempel pada halaman terakhir buku. Lembar ini berguna sebagai alat kontrol bagi peminjam buku karena berisi tentang tanggal kapan buku harus dikembalikan.
Dalam proses pelayanan sirkulasi lembar ini diisi petugas perpustakaan desa dengan menuliskan atau membubuhkan cap tanggal kapan peminjam harus mengembalikan buku yang dipinjam tersebut.
Tanggal ini juga menjelaskan kapan peminjam jatuh tempo untuk mengembalikan. Apabila diadakan denda keterlambatan maka tanggal ini menjadi dasar jumlah denda keterlambatan. Jumlah denda per hari dikalikan jumlah hari keterlambatan dilihat dari tanggal harus kembali.

a.       Lembar tanggal kembali sederhana
Lembar tanggal kembali yang hanya berisi 2 kolom yakni kolom nama anggota dan tanggal harus dikembalikan.
  
Contoh

Nama Peminjam
Tanggal Kembali



b.      Lembar tanggal kembali kompleks
Lembar tanggal kembali ini berisi lebih dari 2 kolom yakni bisa ditambah dengan nomor anggota maupun keterangan lain.
Contoh

Nomor anggota
Nama Peminjam
Tanggal Kembali




Masing-masing pengelola perpustakaan desa bebas memilih mana yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan desa masing-masing. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah efisien pekerjaan dan efisien waktu dalam pelayanan kepada peminjam.

 IV.            Kartu Buku
Kartu buku adalah salah satu kelengkapan buku yang berupa kertas lepas yang menjadi wakil dari buku tersebut. Kartu buku ini berfungsi sebagai alat pengendali yang dapat memberikan gambaran pada petugas perpustakaan desa buku apa yang sedang dipinjam oleh pengunjung perpustakaan desa. Informasi yang ada pada kartu buku minimal harus bisa menjelaskan buku tersebut berjudul apa, pengarangnya siapa, dipinjam siapa dan kapan pinjamnya.
Blanko kartu buku ini berukuran tertentu misalnya berukuran 11 x 6 cm yang berisi tentang :
ü  Nomor panggil                             
ü  Nama pengarang
ü  Judul buku
ü  Nomor induk buku
ü  Nama peminjam/nomor anggota
ü  Tanggal kembali

Contoh kartu buku sederhana

PERPUSTAKAAN DESA TUKSONO
SENTOLO KULON PROGO

020          134/PKP-B/2013
WIJ        Wiji Suwarno
   d           Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis

Nama Peminjam/nomor anggota
Tanggal Kembali






Kartu buku ini akan lebih lengkap informasinya apabila dibuat kompleks  ditambah dengan keterangan:
ü  Nama Penerbit
ü  Tahun Terbit
ü  Tanggal peminjaman
ü  Tanda tangan peminjam


Contoh kartu buku kompleks

PERPUSTAKAAN DESA TUKSONO
SENTOLO KULON PROGO

020          134/PKP-B/2013
WIJ        Wiji Suwarno
   d           Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis
               Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007

Nama Peminjam/ no anggota
Tanggal Pinjam
Tanggal Kembali
Tanda Tangan













Pengelola perpustakaan desa boleh memilih salah suatu dari contoh di atas atau bisa pula membuat format lain yang penting sudah memenuhi  isi informasi yang harus ada pada kartu buku.

Contoh kartu buku Kantor Perpustakaan Kabupaten Kulon Progo

134/PKP-B/2013
Wiji Suwarno
Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007
020 WIJ d
Nomor Anggota
Tanggal Harus Kembali
Tanda Tangan Peminjam










    V.            Kantong kartu buku
Kantong kartu buku adalah kantong dari kertas yang berfungsi sebagai tempat menyimpan kartu buku pada saat buku tidak dipinjam. Kantong kartu buku dibuat dari kertas bebas, bisa kertas kesing, kertas hvs bekas yang dibalik sehingga tulisannya tidak kelihatan, kertas badur, dan kertas lainnya. Yang penting dalam pembuatan kantong kartu buku kertas yang digunakan adalah kertas yang tidak mudah sobek.
Kantong kartu buku ditempel pada sampul belakang bagian dalam berdampingan dengan slip tanggal kembali. Pembuatan kantong kartu buku disesuaikan dengan ukuran kartu buku yang dibuat agar kartu buku dapat masuk dan muat pada kantong kartu bukunya. 
Kantong ini sebaiknya ditandai pula dengan keterangan nomor panggil, nama pengarang, dan judul buku yang berfungsi sebagai pengontrol untuk kartu yang tidak sesuai.
Kantong kartu buku bisa bermacam-macam bentuk. Ada bentuk segitiga dan segi empat.
Kantong kartu segi empat lebih kuat dan kemungkinan kartu jatuh kecil namun apabila dalam penarikan kartu tidak hati-hati maka kantong kartu akan mudah sobek.
Kantong kartu segitiga lebih mudah dalam memasukkan dan mengambil kartu buku pada saat layanan namun kartu buku rawan jatuh pada saat buku dibolak balik untuk dibaca.
Contoh-contoh kantong kartu buku
a.       Kantong kartu Segitiga


Right Triangle: 020   Wiji Suwarno
WIJ    Dasar-dasar Ilmu
  d      Perpustakaan
 







b.      Kantong kartu Segi empat


020                  Wiji Suwarno
WIJ                   Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan
  d     




 












DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:Depdiknas,2002

Standar Nasional Indonesia nomor 7596 : 2010 Perpustakaan desa/kelurahan. Jakarta:Perpusnas,2011

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI , 2007

Wiji Suwarno. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar