KELENGKAPAN
BAHAN PUSTAKA
Disampaikan dalam
Bimbingan Teknis Pengelolaan Perpustakaan Desa
Kabupaten Kulon Progo
Oleh :
Inuk Noviana Setyawati
I. Pendahuluan
Perpustakaan menurut UU Republik
Indonesia nomor 43 tahun 2007 adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,
karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka.
Perpustakaan dituntut untuk selalu
berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat di sekitarnya
dengan menyediakan bacaan-bacaan yang dapat menunjang tujuan tersebut.
Pemerintah desa diharuskan memiliki
perpustakaan di masing-masing wilayah yang disebut dengan perpustakaan desa.
Tugas pokok perpustakaan desa/kelurahan
adalah: melayani semua lapisan masyarakat tanpa membedakan usia, gender,
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan, ras, etnik, status sosial dan aliran
politik dengan menyediakan bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dilayani seperti yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia
7596 : 2010 Perpustakaan desa/kelurahan.
Tujuan perpustakaan desa adalah
meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat melalui penyediaan bahan
perpustakaan dan akses informasi untuk peningkatan keterampilan, pendidikan,
ilmu pengetahuan, apresiasi budaya, dan rekreasi untuk kepentingan pembelajaran
sepanjang hayat.
Berdasarkan
tugas dan tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan desa harus
menyediakan koleksi-koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dalam
hal penyediaan bahan bacaan dan pelayanan pada masyarakat inilah agar mudah
ditemukan dan terlihat rapi perlu dilakukan pengolahan bahan bacaan sebelum
dilayankan kepada masyarakat.
Bahan pustaka terutama yang berbentuk
buku, secara administratif agar tertata dengan rapi dan mudah dalam pelaksanaan
pelayanan, maka perlu beberapa perlengkapan. Perlengkapan yang diperlukan akan
dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
II.
Pelabelan
Pelabelan
adalah pemasangan label pada punggung buku. Label yang ditempel pada punggung
buku berisi nomor panggil. Nomor panggil adalah keterangan yang bertuliskan:
a)
Nomor klasifikasi
b)
Tiga huruf pertama
pengarang atau nama keluarga
c)
Satu huruf pertama
judul
Huruf
pada nomor panggil harus jelas terbaca. Nomor panggil sebaiknya ditulis dalam
kertas label. Kertas label ada yang sudah jadi di pasaran. Kertas label yang
digunakan di sebuah perpustakaan desa harus dengan ukuran yang sama. Hal ini
dilakukan agar pada saat buku ada di rak posisi label sama dan terlihat lebih rapi.
Apabila label tidak seukuran, pada saat dipasang/ditempel di punggung buku akan
kelihatan naik turun sehingga terkesan tidak rapi.
Kertas
label yang ada di pasaran biasanya berwarna putih dengan ukuran bermacam-macam,
diantaranya:
Nomor 99 dengan
ukuran 5 x 34 mm
Nomor 100 dengan
ukuran 38 x 100 mm
Nomor 101 dengan ukuran 50 x 100 mm
Nomor 102 dengan ukuran 78 x 18 mm
Nomor 103 dengan ukuran 32 x 64 mm
Nomor 104 dengan ukuran 25 x 76 mm
Nomor 105 dengan ukuran 25 x 38 mm
Nomor 106 dengan ukuran 25 x 25 mm
Nomor 107 dengan ukuran 19 x 50 mm
Nomor 108 dengan ukuran 19 x 38 mm
Nomor 109 dengan ukuran 13 x 38 mm
Nomor 110 dengan ukuran 16 x 22 mm
Nomor 121 dengan ukuran 38 x 76 mm
Nomor 124 dengan ukuran 40 x 57 mm
Nomor 125 dengan ukuran 17 x 58 mm
Nomor 127 dengan ukuran 25 x 100 mm
Berdasarkan
daftar yang ada di atas, pengelola perpustakaan desa bisa memilih salah satu
kertas label yang paling sesuai dengan kebutuhan perpustakaan desa
masing-masing. Kelebihan penggunaan kertas label adalah pengelola perpustakaan
tidak perlu memotong kertas karena sudah jadi.
Pengelola
perpustakaan desa tinggal menuliskan nomor panggilnya saja kemudian melepas
dari kertas tempelnya dan menempelkan pada punggung buku. Pengelola
perpustakaan dapat menghemat waktu dalam hal pemotongan kertas.
Jika
pengelola perpustakaan desa sudah memiliki fasilitas komputer, penulisan nomor
panggil pada kertas label maupun kertas hvs bisa diketikkan pada program
komputer kemudian di print pada kertas label atau kertas hvs.
Penulisan
nomor panggil akan lebih baik jika diatasnya diberi nama perpustakaan desa
masing-masing. Pemberian nama perpustakaan desa ini bisa memberikan identitas
yang dapat terlihat secara langsung pada buku. Hal ini mempermudah identifikasi
buku apabila terjadi kehilangan dan pada saat penataan di rak. Apabila dalam
label buku tertulis nama perpustakaan maka secara langsung orang akan
mengetahui buku tersebut milik dari perpustakaan mana.
Apabila
perpustakaan desa merasa berat dengan pengadaan kertas label yang sudah jadi,
pengelola perpustakaan desa bisa membuat label dengan menggunakan kertas hvs
biasa seperti yang biasa digunakan untuk membuat dokumen-dokumen.
Apabila
dilakukan secara manual kertas hvs tersebut dipotong-potong seperti label satu
ukuran (seragam) dengan ukuran disesuaikan kebutuhan yang diperlukan
perpustakaan kemudian di tuliskan nomor panggilnya. Apabila sudah menggunakan komputer maka di
ketikkan pembuatan label kemudian di cetak. Setelah dicetak pada kertas hvs
baru dipotong-potong sesuai ukuran yang dikehendaki.
Keuntungan
menggunakan kertas hvs biasa adalah pengelola perpustakaan bisa menggunakan
warna-warna yang berbeda untuk masing-masing jenis koleksi. Misalnya koleksi
referensi diberi warna merah, koleksi anak diberi warna biru, koleksi sirkulasi
diberi warna kuning, koleksi audio visual diberi warna putih dan lain
sebagainya. Selain itu dalam satu kertas hvs pengelola perpustakaan dapat menghasilkan label kira-kira 20 sampai
30 label berdasarkan besar kecil ukuran label yang dibuat.
Pemasangan
label pada punggung buku dilakukan dengan ukuran tinggi yang sama diukur dari
batas bawah buku. Ukuran ini ditentukan oleh pengelola perpustakaan desa
masing-masing misalnya 2 cm; 2,5 cm; atau 3 cm. Dalam penempelan label ini
harus selalu konsisten.
Pada
saat pemasangan label, angka pertama pada nomor klasifikasi harus dilekatkan
pas menempel pada punggung buku. Nomor
klasifikasi ini dijadikan pedoman pada saat pengelola perpustakaan akan
menjajarkan buku di rak. Nomor klasifikasi buku tersebut akan langsung
kelihatan dan mempermudah pengelola buku untuk mengecek buku tersebut lokasi
raknya sudah betul atau belum, dikarenakan penjajaran buku di rak berdasarkan
nomor klasifikasi.
Contoh
Label Buku
Label
buku menggunakan kertas label
·
Penulisan label dengan
jumlah buku 1 eksemplar
Pada
baris ketiga setelah ditulis huruf pertama judul dikosongkan, tidak dilanjutkan dengan menuliskan
copi ke berapa
Penulisan
label buku berjumlah 1 eksemplar tidak diikuti dengan jumlah copinya.
·
Penulisan label dengan
jumlah buku 2 eksemplar atau lebih
Pada
baris ketiga setelah ditulis huruf pertama judul, dilanjutkan dengan menuliskan
copi ke berapa buku yang diberi label. Penulisan copi diberi tanda titik
kemudian angka copinya.
Label
buku menggunakan kertas hvs biasa
PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO SENTOLO,
KULON PROGO
|
PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO, SENTOLO,
KULON PROGO
|
510
DUY
e
|
813
FEB
d
c.1
|
PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO SENTOLO,
KULON PROGO
|
PERPUSTAKAAN DESA SALAMREJO
SENTOLO, KULON PROGO
|
813
FEB
d c.2
|
813
FEB
d
c.3
|
Contoh
label koleksi referensi
Sebelum nomor klasifikasi diberi kode R yang
menunjukkan buku tersebut merupakan koleksi referensi
Contoh
penempelan label pada buku

III.
Date Due Slip ( lembar tanggal
kembali)
Lembar
tanggal kembali merupakan lembar yang ditempel pada halaman terakhir buku.
Lembar ini berguna sebagai alat kontrol bagi peminjam buku karena berisi
tentang tanggal kapan buku harus dikembalikan.
Dalam
proses pelayanan sirkulasi lembar ini diisi petugas perpustakaan desa dengan
menuliskan atau membubuhkan cap tanggal kapan peminjam harus mengembalikan buku
yang dipinjam tersebut.
Tanggal
ini juga menjelaskan kapan peminjam jatuh tempo untuk mengembalikan. Apabila
diadakan denda keterlambatan maka tanggal ini menjadi dasar jumlah denda
keterlambatan. Jumlah denda per hari dikalikan jumlah hari keterlambatan
dilihat dari tanggal harus kembali.
a.
Lembar tanggal kembali
sederhana
Lembar tanggal kembali
yang hanya berisi 2 kolom yakni kolom nama anggota dan tanggal harus
dikembalikan.
Contoh
Nama
Peminjam
|
Tanggal
Kembali
|
b.
Lembar tanggal kembali
kompleks
Lembar tanggal kembali
ini berisi lebih dari 2 kolom yakni bisa ditambah dengan nomor anggota maupun
keterangan lain.
Contoh
Nomor
anggota
|
Nama
Peminjam
|
Tanggal
Kembali
|
Masing-masing pengelola
perpustakaan desa bebas memilih mana yang akan digunakan sesuai dengan
kebutuhan perpustakaan desa masing-masing. Hal yang perlu dipertimbangkan
adalah efisien pekerjaan dan efisien waktu dalam pelayanan kepada peminjam.
IV.
Kartu
Buku
Kartu
buku adalah salah satu kelengkapan buku yang berupa kertas lepas yang menjadi
wakil dari buku tersebut. Kartu buku ini berfungsi sebagai alat pengendali yang
dapat memberikan gambaran pada petugas perpustakaan desa buku apa yang sedang
dipinjam oleh pengunjung perpustakaan desa. Informasi yang ada pada kartu buku minimal
harus bisa menjelaskan buku tersebut berjudul apa, pengarangnya siapa, dipinjam
siapa dan kapan pinjamnya.
Blanko
kartu buku ini berukuran tertentu misalnya berukuran 11 x 6 cm yang berisi
tentang :
ü Nomor
panggil
ü Nama
pengarang
ü Judul
buku
ü Nomor
induk buku
ü Nama
peminjam/nomor anggota
ü Tanggal
kembali
Contoh kartu buku
sederhana
PERPUSTAKAAN DESA TUKSONO
SENTOLO KULON PROGO
020 134/PKP-B/2013
WIJ
Wiji Suwarno
d Dasar-dasar Ilmu
Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis
|
|
Nama Peminjam/nomor
anggota
|
Tanggal
Kembali
|
Kartu buku ini akan
lebih lengkap informasinya apabila dibuat kompleks ditambah dengan keterangan:
ü Nama
Penerbit
ü Tahun
Terbit
ü Tanggal
peminjaman
ü Tanda
tangan peminjam
Contoh
kartu buku kompleks
PERPUSTAKAAN DESA TUKSONO
SENTOLO KULON PROGO
020 134/PKP-B/2013
WIJ
Wiji Suwarno
d Dasar-dasar Ilmu
Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007
|
|||
Nama Peminjam/ no
anggota
|
Tanggal Pinjam
|
Tanggal Kembali
|
Tanda Tangan
|
Pengelola
perpustakaan desa boleh memilih salah suatu dari contoh di atas atau bisa pula
membuat format lain yang penting sudah memenuhi
isi informasi yang harus ada pada kartu buku.
Contoh
kartu buku Kantor Perpustakaan Kabupaten Kulon Progo
134/PKP-B/2013
Wiji Suwarno
Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Sebuah Pendekatan Praktis
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007
020 WIJ d
|
||
Nomor
Anggota
|
Tanggal
Harus Kembali
|
Tanda
Tangan Peminjam
|
V.
Kantong
kartu buku
Kantong
kartu buku adalah kantong dari kertas yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
kartu buku pada saat buku tidak dipinjam. Kantong kartu buku dibuat dari kertas
bebas, bisa kertas kesing, kertas hvs bekas yang dibalik sehingga tulisannya
tidak kelihatan, kertas badur, dan kertas lainnya. Yang penting dalam pembuatan
kantong kartu buku kertas yang digunakan adalah kertas yang tidak mudah sobek.
Kantong
kartu buku ditempel pada sampul belakang bagian dalam berdampingan dengan slip
tanggal kembali. Pembuatan kantong kartu buku disesuaikan dengan ukuran kartu
buku yang dibuat agar kartu buku dapat masuk dan muat pada kantong kartu
bukunya.
Kantong
ini sebaiknya ditandai pula dengan keterangan nomor panggil, nama pengarang,
dan judul buku yang berfungsi sebagai pengontrol untuk kartu yang tidak sesuai.
Kantong
kartu buku bisa bermacam-macam bentuk. Ada bentuk segitiga dan segi empat.
Kantong
kartu segi empat lebih kuat dan kemungkinan kartu jatuh kecil namun apabila
dalam penarikan kartu tidak hati-hati maka kantong kartu akan mudah sobek.
Kantong
kartu segitiga lebih mudah dalam memasukkan dan mengambil kartu buku pada saat
layanan namun kartu buku rawan jatuh pada saat buku dibolak balik untuk dibaca.
Contoh-contoh
kantong kartu buku
a.
Kantong kartu Segitiga
![]() |
b.
Kantong kartu Segi
empat
020 Wiji Suwarno
WIJ Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan
d
|
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:Depdiknas,2002
Standar Nasional Indonesia nomor 7596 :
2010 Perpustakaan desa/kelurahan. Jakarta:Perpusnas,2011
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
43 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI ,
2007
Wiji
Suwarno. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan:
Sebuah Pendekatan Praktis. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar